Pembelajaran Matematika dengan Hati Ikhlas dan Penuh Intuisi
Pada
pertemuan minggu lalu, pada perkuliahan filsafat yang diampu oleh bapak Prof.
Dr. Marsigit, perkuliahan mempelajari sesuatu yang baru. Lagi lagi saya cukup
merasa senang dengan perkuliahan filsafat karena di sini kita diajarkan hal hal
yang baru. Pada ppertemuan itu, dipelajari tentang sesuatu yang bernama mitos. Pertama
kali saya mendengar mitos pada perkuliahan itu, saya berpendapat pasti ini akan
berhubungan dengan hal hal yang kurang baik. Tetapi setelah mengikuti
perkuliahan, ternyata tidak semua mitis itu kurang baik. Dalam pembelajaran mitos
sangat diperlukan, bukankah kita semua tahu ilmu karena mitos,yang mana pada
awalnya kita tidak tahu kebenaranya dan kemudian selalu mencari tahu kebenaran
dengan intuisi kita.
Mitos
dapat diartikan sesuatu yang dibuat
dengan maksud dan tujuan tertentu. Contohnya adalah mitos tentang adanya Nyi
Roro Kidul di Laut Selatan, mitos ini mempunyai tujuan agar orang-orang tidak berbuat zalim
kepada di laut. Contoh lain tentang
mitos yang disampaikan bapak Prof. Dr. Marsigit adalah misal kita membuat mitos bahwa pohon mangga kita
dihuni gaib. Hal ini dimaksudkan agar orang sekeliing tidak berani mencuri
mangga. Dalam kasus itu orang yang tidak tahu sebenarnya menganngap hal itu
sebagai mitos.
Pada
perkuliahan itu, beliau juga menceritakan pengalaman dari kecil hingga sekarang
dimana perjalanannya penuh perjuangan dan pengorbanan. Cerita beliau sangatlah
menginspirasi terutama untuk diri saya sendiri, semoga besuk saya dapat seperti
beliau yang dengan kerja keras dan perjuangannya dapat meraih cita citanya. Selain
itu beliau juga menjelaskan tentang ikhlas. Ilustrasi yang dipaparkan
ialah Prof. Dr. Marsigit menyampaikan
kisah Syeh Abdul Qodir Jailani yang dengan ikhlasnya ia mengabdi dan menjalani
sesuatu dengan hati ihlas
Dari
pengalaman beliau yang diceritakan di atas, banyak sekali pelajaran yang dapat
kita petik. Salah satunya adalah perlu kerja keras untuk meraih sesuatu dan
kita semua mempunyai hak untuk membangun ilmu kita sendiri. Oleh karena itu,
guru bukanlah orang yang memberi imunya kepada siswa, tetapi guru sebaiknya
menjadi fasilitator agar siswa bias mengkontruksikan sendiri ilmunya dengan
salah satu senjatanya adalah intuisi mereka .
Dalam
dunia pendidikan saat ini, mitos yang
beredar adalah bahwa matematika itu merupakan mata pelajaran sangatlah
mengerikan. Hal itu membuat para pelajar
malas dan enggan untuk belajar matematika. Sebagai guru, upaya yang bisa kita lakukan
adalah meminimalisir mitos itu menjadi lebih bersahabat dan kalau bisa membuat
mitos bahwa matematika itu amatlah menyenangkan. Salah satu caranya adalah
membelajarkan matematika dengan cara mengajarkan sifat ikhlas dan melibatkan siswa, dimana siswalah yang
aktif sehingga mereka dapat membangun ilmu mereka dan tentunya dengan
intuisi mereka. Jika ini dan berlangsung diharapkan pembelajaran metematika akan sangat inspiratif dan bermakna.